Posted on 30 April 2008 by gelgel
terlahirlah setan gundul sawala…
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore hari, tapi anak-anak muda penghuni asrama tak satupun yang menampakkan gundulnya. Sebentar lagi magrib, dan jam makan malam kan tiba. Asrama masih sunyi. Kemana perginya anak-anak itu?
Di asrama atas, sepintas terlihat bayangan Mr. Sugeng. Legam dan berwibawa. Bayang-bayang penuh wibawa itu nampak celingukan, memperhatikan setiap detil pojok asrama. Tak ada suara gaduh seperti biasanya. Tak ada jejak sepatu basah menempel di dinding kamar mandi. Tak terdengar riuh suara kecebong gundul.
Tak ada apa-apa. Baca lebih lanjut →
Filed under: Posting Jelek | Tagged: Kisah, SKMA | 1 Comment »
Posted on 30 April 2008 by gelgel
pernah denger istilah jeruk makan jeruk kan??
artinya ga beda jauh ama alpuket makan alpuket ato rambutan makan rambutan? heee.3x….
Ceritanya gini :
Setelah perang Padri usai, kerajaan SKMA oleh pemerintah Kolonial Belanda dipecah menjadi lima kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil itu tersebar di pulau Sunda, Borneo, Andalas, Celebes dan Papua. Ki Buyut Rajapolah Sumantri Endangkusmirah Hajadinata (disingkat KBRSEH) karena jasa-jasanya pada perang Padri, oleh Prabu Kundalini XXX diijinkan untuk membuka hutan di daerah Sawala – Sunda/Priangan Timur. Baca lebih lanjut →
Filed under: Posting Jelek | 1 Comment »
Posted on 30 Januari 2008 by gelgel
Hidup nomaden memang cape…
cape dech… cepe dech…… cabe dech………
emang asik bisa pindah-pindah, bisa tau banyak tempat, dapet kenalan banyak. Bahkan bagi yang berjiwa adventure, nomaden bisa jadi sebuah perjalanan hidup yang indah.
perubahan di awal 2008
masa kelam 2007
stabil
menata hidup baru
Filed under: Aku, saya, aink, wake, Kumaha Aink, Posting Jelek | Leave a comment »
Posted on 8 September 2007 by gelgel
kedatanganku di kota Bandung – kota Kembang tahun 1999 tidak membawa perubahan apa-apa pada kota indah ini. Yang berubah hanyalah data statistik kependudukan dengan bertambahnya 1 penduduk urban. Aku ngaku urban deh… aku memang dari kampung… Tapi kemudian Kota Bandunglah yang banyak mempengaruhi kehidupanku kelak.
Di Rancabolang – Gedebage aku tinggal di kamar, lantai 2 sebuah kost-kostan kumuh. Aku ditemani 2 orang teman seangkatanku, Heryadi alias Nyamuk dan Heru Ruhendi alias Cekeng. Tak jauh dari rumah kost itu tinggallah Mas Djudjuk dan Kang Cecep. Dua orang kakak yang banyak membantuku di masa-masa yang sulit kala itu.
Bandung memang indah!
Si Nyamuk dan Cekeng yang asli orang sunda aja masih terkagum-kagum ama kota Bandung apalagi aink? Baca lebih lanjut →
Filed under: Bandung tanpa Kembang | Tagged: | Leave a comment »